ch 2- Melepasmu
MELEPASMU
Ardianto Wahyu Nugroho
Berpapasan dengan kejujuran, masih pantaskah tersenyum lepas. Sejujurnya ada sedikit noda jatuh diatas lembaran kejujuran itu. Betapa besar harapan untuk tetap bersama. Dirimu menanamkan keindahan tanpa jeda. Air mata yang nyata ku pandang dulu seperti rintik sendu hujan di sore hari. Sekarang menjadi gerimis petir yang membuat getir hati ini
Hadirmu sudah tak tampak lagi beberapa waktu. Semuanya retak begitu saja. Hilang, waktu pun tak tau dimana kamu. Jika maaf ini tak bisa membayar luka itu. Biarkan aku terluka dalam rindu dan penyesalan ini. Sekarang kau hadir bersama masa lalumu, ternyata rumus bahagia itu sederhana. Di ratukan olehnya dengan selembar tisu untuk noda kecil di sepatu putih itu. Memesona dalam balutan kasih sesungguhnya. Seolah kamu mengenalnya terlalu dalam
Ternyata masih dalam coba-coba. Percaya diri membentengi diri dengan ego, aku mengenal kamu seutuhnya. Bahkan lebah dengan bunga ditakdirkan untuk saling menguntungkan saja tidak saling mengenal dirinya. Bertemu saja dalam balutan fiksi sudah mengakui cinta utuh untuk
seterusnya. Interaksi layaknya ujung jari merasakan rintik hujan di hari spesial, sabtu rindu. Jarak sebelumnya terlalu jauh dalam misteri cinta pura-pura. Nyaman tak cukup dengan perhatian, dengan tidak menganggap kamu ada. Bentuk kenyamanan pucuk hubungan. Memilikimu adalah pengalaman yang terlambat. Karena dulu yang aku tau hanya kesenangan dan pengkhianatan
Tidak perduli bahwa hati itu semua untuk ku. Ternyata hanya sepertiga yang aku berikan. Menyadari tentang selera, Bahwa yang sempurna tampak tidak berdaya dibandingkan yang selalu bertahan danterluka. Sembilan purnama, tersadar bahwa rembulan yakin untuk malam yang tenang.
Perlu cahaya sebagai panggung rasa kunang-kunang malam itu. Rembulan memberikan hadiah, yang tak disangka. Tetap memberikan sinarnya di ujung penantian. Diujung hari dia yang selalu ada tetap setia menunggu. Jika ingin selalu bahagia muliakan dia
Jika harus kehilangan, bunuh dirimu dengan lisan dan air matamu itu. Kesempatan tidak akan datang bersama kekecewaan, kedua kalinya
IKHLAS kan
BalasHapus