Memuram Lumus
Suatu waktu
berjalan begitu lambat dan melambat. Kanan dan kiri sengaja memandangi. Apa
yang salah dari seorang lumus ini. Tidak, aku hanya menuduh diri. Tidak selumus
ini. Bukan getah yang melengket seperti cempedak. Adhesif sekali dipikiranku.
Sudah sampai titik yang berbeda ku berjalan. Senja manis itu memudar tanpa
pembubaran bak barisan prajurit. Mulai teringat sedikit, apa yang sebenarnya
terjadi. Ini tentang ketidakmampuan.
Ya benar,
ketidakmampuan untuk menjaga hati. Mereka melihatku, tajam tanpa ampun.
Ternyata adalah teman dia yang remuk redam. Seketika ku ingat semua. Begitu
jelas dan berwarna. Pilihan adalah kuncinya, kecewa dan bahagia dari dua sisi
yang berbeda rasa. pesan pukul enam belas waktu itu, membuat sampai saat ini
berbeda.
Dia memuram dan
kecewa, karena kecewa yang didera secara sengaja. begitu lumusnya diriku.
Begitu manis bibirnya, indah coklat korneanya. Takut untuk kembali dengan
perasaan awal. Sekarang menjelma menjadi wanita dewasa yang bahagia. Mungkin,
dengan titik hitam kisah kasihnya yang tentunya terus lumus dari waktu ke
waktu. Dia memesona.
Ketidakmampuan
untuk memudarkan rasa suka dari dua sisi yang berbeda, pilihan adalah
jawabannya. Memori masa lalu menyesak di pikiranku. Benar, menjadi penuh sesak
( berjejal-jejal). Aku telah memuramkan hatinya saat mulai bangkit dari
kekecewaan yang lalu. Maafkan aku ya !!. Berpikir begitu pendek. Kamu sudah
mempersiapkan untuk pertemuan dalam urutan penasaran yang berturut-turut pukul
setengah dua esok hari.
Gadis manis
magelang yang aku ingat selalu, sekarang sudah dewasa dan memesona. Cerita
dengan tiga kali menanggali nomer ponselku. Tidak aktif, tanpa kabar. Ternyata
dia sekarang menempuh jalan sepertiku. Berpikir mendalam, apa yang kamu
lakukan. Pembuktian apa memang untuk melupakan.
Menyesakan sekali,
bualan itu membuatnya terlecut. Ternyata gadis itu tangguh. Memang dia manja
dan kekanak-kanakan atau bisa juga tidak. Karena sudah nyaman dalam perhatian
secara berurutan setiap pagi menjelang. Dia berjuang menurunkan berat badan, aku
berjuang pada satu pilihan. Begitu menyakitkan, untuk pelajaran dan menjadi
pemenang.
Sekarang dia
berjuang menyetarakan untuk menang.
Memuram lumus
sekali, aku menyesali ini. Saat senja itu, terjawab sudah. Dia dimobilnya,
siapa yang tajam memandangiku. Lampu jalanpun tak kuat menerangi kegelapanku
waktu itu. Mulut ini begitu manis membuat kenyamanan hati. Dia membuktikannya
sebagai pemenang. Pilihanku salah waktu itu. Kupu-kupu yang terbang bersamaku
sudah terbang sendiri dan aku rasa sudah nyaman hinggap dikebun bungan yg lebih
baik.
Tapi, tenyata
kupu-kupu yang setia menjadi kepompong, dan kini menjadi penghias taman bunga
yang sangat berkelas. Menunjukkan bahwa butuh kesabaran dalam berproses untuk
mendapatkan keindahan.
Catatan : Untuk
kamu gadis magelang adik tingkatku. Terimakasih telah mengajarkan kesabaran
untuk mencapai keindahan.
Magelang opo sleman opo bantul opo gunung kidul sek bener ? Hahaha
BalasHapusTerimakasih kak. Kakaknya bercanda.
HapusBagus mas, pemilihan katanya. Harus download kbbi ni haha.
HapusBukannya di wix.site app. Nulis mas. Pindah kd blog lagi to
Hapus๐
BalasHapusHallo kak indah, terimakasih jempolnya dan hatinya. Dulu.
HapusPemilihan katanya wowww bgt....
BalasHapusTerimakasih lo mas mukti.
HapusKembang bukan setaman
BalasHapusPatah tumbuh hilang berganti
Mati satu tumbuhnya seribu
Terimakasih master atas ilmunya
Hapus๐๐๐
BalasHapusTerimakasih kak. Sukses. Jangan lupa bahagia.
HapusIni cerita yg mana? Mantan ke berapa? Apa cuma php.
BalasHapusMas ketua kkn. Berkarya neh iki. Semangat mas.
BalasHapusKata katane tingkat tinggi pak. Pake, komen balik.
BalasHapusSak ploke sekolah, gak pernah upload om.
BalasHapusLanjutkan!!
BalasHapusTerimakasih mbak utari w.
HapusTukang gombal jaman di bimbel. Muncul dengan karya baru. Wkwk.
BalasHapusKeren pak ๐ teruslah berkarya..๐๐๐
BalasHapusTerimakasih ibu wali murid.
HapusWaiki, ngetoke ilmu cakap cakap. Abot.
BalasHapusMantappp..pk guru yang satu ini,,,,,kesabaran adalah kunci keberhasilan.Begitu jg kesabaran bpak dlm mengajar anak²..akan membuahkan hasil.Maju teruss jangan pernah menengok kebelakangkebelakangkebelakang๐๐๐ป๐ช๐ป
BalasHapusSaya tau ini siapa yg komen. Matur nuwun
HapusBagus pak๐๐
BalasHapusMakasih lo dinda
HapusMesti karena dirumah aja. Nulis lagi, ada notif masui setelah sekian purnama. Jangan lupa buka puasa dengan yg pasti. Ya mas
BalasHapusLanjutkan pak
BalasHapusMakasih mahasiswi uny generasi penerus bangsa
Hapus