Berkeriau Sendiri



Singkat cerita, bukan salah embun untuk membulat dengan banyak bulatan dimuka daun, seraya berucap selamat pagi. Seperti sikapmu yang abahui, yang ditarik ke arah tertentu supaya rebah. Dari timur, sangat bersemangat untuk bertemu. Mengajak untuk bergegas Bahagia Bersama. Rencana pagi yang membahagiakan, sebelum bertemu perundung rasa yang sudah dihindari terlalu lama. Saya berpikir, sudah umur dua puluh lima tahun. Bahan obrolan yang menjatuhkan masih saja menjadi guyonan yang khas. Jika dibalas nada aka meninggi, tanda kalah. Tetapi sebagai lelaki dia takut untuk terlihat tidak kuat.
Pernah bilang bahwa akan menjadi berwibawa jika bisa memurungkan jiwa Bahagia supaya terlihat adikuasa. Bagaimana bisa menjadi kuat tetapi cara berpikirnya masih primitif. Aram temaram seperti waktu itu. Berantem di tenda kemah. Tanpa berkeriau (berteriak memkik) kupegang bahunya kutahan sekuat tenaga. Berani karena ramai, sendiri bak ayam sayur. Tanpa melewati senja yang menyenangkan, waktu berjalan bergitu lama. Memang rasa nyaman itu penting dalam hubungan pertemanan. Tanpa kenyamanan dan saling mernghargai tidak akan bertahan lama.
Air mineral setengah botol menjadi obat dahaga yang menyejukkan. Tanpa menyentuh fermentasi anggur itu. Mereka memerah dan hilang kesadaran. Berkeriau sendiri mereka lakukan. Pengalihan masalah yang kurang dibenarkan untuk umur mereka. Di kota istimewa, mendapat banyak perhatian dan pelajaran untuk berkembang setelah melewati malam yang berat itu. Pukul empat belas lewat dua puluh menit, ada pemberitahuan. Oh ternyata salah seorang dari mereka meminta tolong diantar balik ke rumah.
Hal yang penuh pertimbangan, berat. Sebagai manusia yang ingin selalu berbuat baik. Mari kita lakukan. Casa grande manjadi saksi. Benar kata bapak, berbuat baiklah selagi kamu masih bisa menggerakan dua dengkul hitamu itu. Jangan mengharapkan sesuatu yang special, dia akan baik padamu. Rasa canggung, seakan ring road itu sunyi. Dia berusaha membangun komunikasi tetapi hanya basa basi. Seperti tinta pen yang habis tetapi dipaksa untuk menulis. Hanya penekanan garis ujung pen yang terlalu dipaksakan. Maaf sudah melambung bersama doaku setiap lima waktuku.

Komentar

Posting Komentar